Dalam menjalankan suatu usaha, kita selalu berusaha mempersiapkan dan menjalankan segala sesuatunya denga maksimal sehingga diharapkan hasil yang diperoleh juga optimal, termasuk juga dalam budidaya ikan lele, semua persiapan sarana dan prasarana serta persyaratan kondisi optimalnya kita sudah penuhi.
Namun alangkah baiknya apabila dalam budidaya ikan lele tersebut kita juga mengetahui fakto-faktor apa saja yang menjadi penyebab kematian ikan lele.
Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan kematian lele, faktor-faktor tersebut bisa berasal dari internal (penyebab dari dalam) atau eksternal (penyebab dari luar).
Faktor penyebab kematian yang berasal dari internal adalah adalah kondisi kesehatan lele, Lele yang kondisinya lemah akan mudah terserang penyakit.
Faktor eksternal penyebab kematian lele di antaranya kondisi lingkungan media budidaya, perlakuan yang tidak sesuai dengan anjuran teknis atau faktor lainnya yang merupakan kelalaian pembudidaya. Upaya yang paling baik dilakukan adalah dengan melakukan manajemen media dan lingkungan secara baik, sesuai dengan standar yang dianjurkan.
Berikut faktor-faktor penyebab kematian lele dan cara pencegahannya yang dapat dilakukan oleh pembudidaya, di antaranya :
A. Penanganan yang kurang tepat
Penanganan yang salah / kurang tepat, seperti penerapan kaidah budidaya yang tidak sesuai :
2. Konstruksi kolam yang kurang baik/buruk atau
3. Penggunaan benih yang kualitasnya kurang baik.
Sehingga mengakibatkan kondisi benih lemah, pertumbuhan lambat, bahkan tingkat kelangsungan hidup rendah yang menyebabkan banyak lele mati (mortalitas tinggi).
Penanggulangannya lakukan penanganan lele secara baik sesuai kaidah budidaya.
B. Terlambat Sortasi
Pertumbuhan benih mulai dari pembenihan hingga pembesaran tidaklah sama.
Kecepatan pertumbuhan masing-masing lele juga berbeda, yang meliputi pertambahan bobot atau panjang lele.
Pada umunya ada 3 kategori ukuran yaitu besar, sedang dan kecil.
Keseragaman ukuran lele perlu diperhatikan berkaitan dengan sifat kanibalismenya yang cukup tinggi. Kanibalisme bisa terjadi jika ikan lele kurang pakan, untuk menghindari hal tersebut, setiap 2 minggu sekali harus dilakukan sortasi atau pemisahan lele berdasarkan ukurannya.
Sortasi dapat dilakukan menggunakan alat sortasi khusus berupa baskom sortasi, baskom sortasi dipasaran tersedia dalam beberapa ukuran.
Lele yang sudah disortasi sesuai ukuran dipelihara di satu wadah atau bak pemeliharaan.
C. Tidak menggunakan probiotik
Kegiatanpembenihan lele di bak tembok atau terpal dilakukan dengan intensif dengan kepadatan tinggi. Efek yang ditimbulkan berupa penumpukan bahan-bahan organik didasar bak atau kolam, baik berupa sisa pakan ataupun kotoran ikan itu sendiri. Jika dibiarkan menumpuk , akan menjadi racun bagi ikan lele dan dapat menimbulkan kematian. Bahan organik tersebut sifatnnya sulit terurai. Upaya yang dapa dilakukan adalah pemberian probiotik pada masa pemeliharaan. Probiotk berfungsi sebagai pengurai atau mengikat bahan-bahan yang tidak berguna atau yang dapat menimbulkan racun bagi ikan yang dipelihara. Bahan ini sudah banyak tersedia dipasaran.
D. Belum melakukan Vaksinasi
Selain probiotik ada juga vaksin yang berfungsi untuk meningkatkan kekebalan tubuh lele sehingga tidak mudah diserang penyakit.
Contoh vaksin yang tersedia dipasaran adalah aeromonas.
Masih banyak petani lele yang belum menggunakan probiotik dan vaksin bagi ternak lelenya disebabkan belum banyak yang mengenal manfaat dan cara penggunaanya.
E. Alat tangkap yang tidak sesuai
Kualitas lele salah satunya ditentukan oleh alat tangkap yang digunakan, benih lele yang berukuran kecil tentunya memerlukan perlakuan khusus pada saat penagkapan dengan menggunakan alat khusus pula. Masih banyak pembudidaya menggunakan alat tangkap seadanya yang kasar sehingga benih mengalami gesekan dan menyebabkan luka pada saat pemanenan.
Solusinya gunakan alat tangkap yang sesuai dan halus sehingga tidak menggores tubuh benih lele.
F. Tidak diberok
Supaya benih lele yang dikirim selamat sampai di tempat tujuan, benih harus diberok atau dipuasakan terlebih dahulu satu hari sebelum pengiriman. Pemberokan dilakukan untuk mengeluarkan kotoran atau sisa-sisa pakan yang ada dalam tubuh lele. Hal tersebut bertujuan mengurangi terjadinya pengeluaran kotoran (feses) selama pengangkutan. Kotoran yang dikeluarkan selama pengangkutan akan menjadi ancaman bagi lele karena mengandung senyawa beracun. Hal ini masih bannyak terjadi sehingga pada saat pengangkutan benih banyak terjadi kematian.
G. Ketidaksesuaian Waktu distribusi
Waktu pengiriman benih atau pendistribusian benih meupakan faktor penentu bagi kondisi kebugaran benih sampai dilokasi tujuan.
Selain itu ketepatan waktu pengiriman dan waktu penerimaan benih juga berpengaruh besar terhadap kualitas benih.
Waktu yang tepat untuk mengirim benih lele adalah pada saat suhu udara masih sejuk, yaitu pada pagi atau sore hari. Sementara itu, waktu yang tepat untuk menerima benih dan menebarnya di kolam budidaya juga pada saat suhu udara masih relatif rendah, yaitu pagi atau sore hari.
Pada kenyataannya yang terjadi masih banyak pembudidaya ikan melakukan pengangkutan benih ataupun ikan lele pada siang hari.
Saat siang hari udara panas sehingga oksigen yang ada di dalam air mudah dilepaskan ke udara bebas, akibatnya ikan lele kekurangan oksigen dan dapat mengakibatkan kematian.
Demikian juga apabila pendistribusian memerlukan waktu yang lama.
Oksigen yang tersedia dalam air media pengiriman selama pengangkutan jumlahnnya tentu saja terbatas. Apabila pengiriman lele memerlukan waktu lebih dari 18 jam, air media perlu diganti dan oksigen baru harus ditambahkan ke dalam wadah kemasan lele.
Demikian hal-hal yang pada umumnya mengakibatkan kematian pada budidaya ikan lele ataupun pada saat pendistribusian ikan ataupun benih lele. Dengan memahami hal-hal tersebut, terjadinya kematian pada budidaya lele dapat di minimalisir.
Link anda sudah terpasang d blog saya http://gratisan92.blogspot.com/ gan, makasih udah mau tuker link
BalasHapustrimks juga pak
Hapus